SEJARAH ISLAM DI JEPANG
Awal
mulanya yaitu melalui perdagangan atau niaga banyak orang asing yang
beragama islam mulai berdatangan ke jepang sudah sejak awal berdirinya
negara. Muslim pertama sebagian besar adalah pelaut Melayu yang melayani
kapal belanda atau kapal Inggris. Sejak saat itu Islam mulai ada di Jepang. Etnis jepang sendiri mulai masuk islam pada awal abad 20.
Sebelum tahun 1900, hanya ada dua negara di Asia yang menikmati kemerdekaan penuh, yaitu Kekaisaran Ottoman di Turki dan Kekaisaran Jepang. Karena keduanya berada di bawah tekanan negara-negara Barat, mereka memutuskan untuk membangun hubungan persahabatan dan mulai bertukar kunjungan.
Sebelum tahun 1900, hanya ada dua negara di Asia yang menikmati kemerdekaan penuh, yaitu Kekaisaran Ottoman di Turki dan Kekaisaran Jepang. Karena keduanya berada di bawah tekanan negara-negara Barat, mereka memutuskan untuk membangun hubungan persahabatan dan mulai bertukar kunjungan.
Sultan Abdul Hamid II, yang memerintah Turki
di era 1876-1909, mengutus laksamana Uthman Pasha untuk melakukan
kunjungan resmi ke Jepang pada tahun 1890. Setelah Uthman Pasha selesai
mengadakan pertemuan dengan Kaisar Jepang, dia dan enam ratus anak
buahnya bersiap untuk pulang, meskipun saat itu cuaca sedang tidak
bersahabat. Belum jauh kapal Al Togrul berlayar, badai besar
menghantamnya sehingga menyebabkan lebih dari 550 awak kapal meninggal
termasuk sang kapten.
Layaknya
sahabat yang baik, pihak Jepang lalu mengirim dua kapal untuk membawa
para korban yang selamat untuk pulang ke Istanbul. Seorang wartawan muda
Jepang yang bernama Shotaro Noda (ada yang menyebutnya Torajiro Yamada)
juga ikut dalam perjalanan itu. Dia adalah orang yang telah
mengumpulkan uang sumbangan dari warga Jepang untuk diberikan kepada
keluarga korban yang meninggal.
Setelah
sampai di Istanbul dan menyerahkan uang sumbangan, Shotaro sempat
bertemu langsung dengan Sultan Abdul Hamid yang kemudian memintanya
untuk tinggal di Istanbul dan mengajarkan bahasa Jepang ke para
pejabatnya. Tanpa berpikir panjang, Shotaro pun setuju. Selama tinggal
di Istanbul, dia berkenalan dengan Abdullah Guillaume, seorang muslim
yang berasal dari Liverpool, Inggris. Dia-lah orang yang memperkenalkan Shotaro kepada Islam.
Akhirnya
Shotaro-pun memeluk agama Islam dan memilih untuk diberi nama Abdul
Halim Noda (ada yang menyebutnya Abdul Khalil), yang diyakini dunia
sebagai orang Jepang pertama yang beragama Islam.
Dari dulu Jepang dikenal sebagai negara penganut agama Shinto dan Buddha. Jumlah Muslim di Jepang mencapai 100 ribu orang, dan mereka memiliki 40 masjid untuk menunaikan ibadah dan ritual-ritual keagamaan mereka di sana.
Dengan
jumlah populasi mencapai 128 juta, Jepang merupakan negara kesepuluh
dengan total populasi terbanyak di dunia. Tokyo, kota ini menampung
sekitar 35 juta orang yang merupakan kota dengan populasi terbesar dan
dengan biaya hidup termahal di dunia.
Meski Islam memasuki wilayah Asia
timur pada abad pertama Hijriah, akan tetapi agama Islam masuk ke
Jepang pada abad ke-19 Masehi. Sejak tahun 1867, warga Jepang dapat
menjalin hubungan dengan negara-negara lain khususnya umat Islam.
Sekarang
ini di Jepang tercatat sekitar 100 ribu Muslim hidup di negara itu yang
90 persennya adalah para pendatang dari Indonesia, Pakistan, Iran dan
Bangladesh. Sementara 10 persen sisanya adalah warga pribumi.
Masjid
pertama di Jepang adalah masjid Kobe yang dibangun tahun 1935. Masjid
Tokyo di bangun pada tahun 1938 dan pada tahun 1990 mengalami renovasi.
Masjid memiliki peran besar dalam kehidupan umat Muslim Jepang,
mengingat masjid telah memudahkan mereka dalam melaksanakan tugas-tugas
agama mereka.
Lembaga-lembaga Islam di Jepang dibentuk dengan tujuan perluasan
kerjasama di antara warga Muslim Jepang dan juga pengadaan buku-buku
agama dan kebudayaan Islam untuk warga Muslim negara ini.
Saat ini ada 30 hingga 40 masjid di Jepang. Di negara ini, masjid
memiliki beberapa fungsi, selain untuk shalat berjamaah, juga menjadi
tempat untuk aktivitas keagamaan, sosial, pertemuan dan bahkan tempat
untuk membahas perekonomian.
Perlu disebutkan pula bahwa sekitar 100 tahun lalu, di Jepang hanya ada dua masjid yang kini jumlahnya mencapai 40 bangunan.
Salah satu kendala utama yang dihadapi warga Muslim Jepang adalah
buku-buku fiqih dan hadis yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Jepang. Selain itu, mengingat Muslim adalah kelompok minoritas, maka
kesulitan lain yang juga tak kalah besarnya adalah susahnya menemukan
produk makanan yang halal
0 komentar:
Posting Komentar