Kamis, 23 Maret 2017

sejarah perkembangan islam di mesir

Sejarah Perkembangan Islam di Mesir

sejarah masuk islam di mesir
Kehidupan sosial masa lalu Afrika Utara adalah sebuah kehidupan masyarakat pedesaan yang bersifat kesukuan, nomad (berpindah-pindah) dan patriarkhi. Ketika daerah ini berada di bawah kekuasaan Romawi, tak pelak pengaruhnya sangat besar bagi masyarakat Barbar. Umumnya mereka dipengaruhi oleh elit kota yang mengadopsi bahasa, gagasan , dan adat istiadat para penguasa. Tetapi elit-elit ini tidak banyak. Selanjutnya, setelah orang-orang Vandal (Barbar) memperoleh kemenangan, pengaruh Romawi di sebagian besar Afrika mulai berhenti, kecuali pengaruh ekonomi, dan peradaban Barbar lama secara bertahap muncul kembali. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada abad 1 H/7 M kehidupan sosial Afrika Utara lebih merupakan kehidupan masyarakat Barbar yang bersifat kesukuan, nomad dan patriarkhi.        

Mesir adalah salah-satu kawasan yang berada di AfrikaUtara.  Afrika Utara merupakan daerah yang sangat penting bagi penyebaran agama Islam di daratan Eropa. Ia menjadi pintu gerbang masuknya Islam ke wilayah yang selama berabad-abad berada di bawah kekuasaan Kristen sekaligus “benteng pertahanan” Islam untuk wilayah tersebut.
Islam menyentuh wilayah Mesir pada 628 Masehi. Ketika itu Rasulullah mengirim surat pada Gubernur Mukaukis yang berada di bawah kekuasaan Romawi-mengajak masuk Islam. Rasul bahkan menikahi gadis Mesir, Maria.
Islam masuk wilayah Afrika Utara pada saat daerah itu berada di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi, sebuah imperium yang amat luas yang melingkupi beberapa Negara dan berjenis-jenis bangsa manusia. 
Masuknya Islam kewilayah Mesir yang termasuk wilayah Afrika Utara terjadi dalam beberapa tahapan dan dibawah kepemimpinan yang berbeda pula. Untuk memudahkan kita dalam memahaminya, maka tidak ada salahnya kita klasifikasikan dalam beberapa dekade kepemimpinan, diantaranya :

Pertama, pada masa kekhalifahan Umar ibn al-Khathab. Pada tahun 40 M ‘Amru ibn al-Ash berhasil memasuki Mesir, setelah sebelumnya mendapat ijin bersyarat dar khalifah ‘Umar untuk menaklukkan daerah itu.
Kedua, pada masa kekhalifahan Utsman ibn Affan. Pada masa ini penaklukan Islam sudah meluas sampai ke Barqah dan Tripoli. Penaklukan atas kedua kota itu dimaksudkan untuk menjaga keamanan daerah Mesir. Penaklukan ini tidak bertahan lama, karena gubernur-gubernur Romawi menduduki kembali wilayah-wilayah yang telah ditinggalkan itu.
Ketiga, pada masa Mu’awiyah ibn Abi Sufyan, khalifah pertama daulah Bani Umayyah. Yang dipimpin oleh ‘Uqbah ibn Nafi’ al-Fihri (W. 683 M), yang telah menetap di Barqah sejak daerah itu ditaklukkan. Usaha ini berhasil karena kegigihan dan didukung oleh penduduk asli yang telah miminta pertolangan kaum muslimin atas kekejaman imperium Romawi
Keempat, pada masa kepemimpinan  ‘Uqbah. Akan tetapi pada tahun 683 M orang-orang Islam di Afrika Utara mengalami kemunduran yang hebat, karena pemberontakan orang Barbar dibawah kepemimpinan Kusailah (orang barbar). Sejak saat itu orang-orang Islam harus berhadapan dengan bangsa Romawi sekaligus pemberontakan suku Barbar.
Kelima, pada masa Abdul Malik  ibn Marwan (685-705 M). Namun demikian proses islamisasi belumlah berjalan mulus dikarenakan pemberontakan silih berganti. 
Keenam, pada masa kepemimpinan Musa ibn Nusair tahun 708 M pada masa pemerintahan al- Walid ibn Abdul Malik (86-96 H/705-715 M).Yang berhasil mematahkan sekaligus mengantisipasi timbulnya pemberontakan lagi, dengan menerapkan kebijakan “perujukan” yaitu menempatkan orang-orang Barbar kedalam pemerintan Islam. Kebijakan inilah yang medorong terjadinya pembauran antara Arab-Barbar, ditambah lagi dengan mudahnya penyebaran mudah diterima paham kaum Khawarij.
Kemunculan tokoh Musa ibn Nushair sebagai ´penakluk yang sesungguhnya” (the true conqueror) atas Afrika Utara bukanlah akhir dari dari segala huru-hara yang terjadi di Afrika Utara. Sebab masih banyak episode pergolakan yang terjadi di daerah itu, bahkan hingga masa pemerintahan Daulah Bani Abbas. Hanya saja perubahan sosial dan politik sejak Musa memegang kendali pemerintahan menjadi modal yang sangat besar bagi pembangunan fondasi peradaban Isalm di Afrika utara, khususnya berkaitan dengan kebijakan islamisasinya. Disinilah peniting dan pengaruh dua unsur-unsur pembentuk peradaban/kebudayaan yaitu, The Man of The Pen dan The Man of The Sword, seperti telah kita bahas di atas.
Proses Masuk Islam

Pada masa Khalifah Umar Bin Khattab, Mesir dalam penjajahan bangsa Romawi Timur, dan yang menjadi Gubernur Mesir pada saat itu ialah Mauqauqis. Pada saat itu bangsa Mesir sangat menderita karena penjajahan yang tidak kenal belas kasihan. Oleh Karena itu, Amru Bin Ash selaku panglima perang mengusulkan kepada Khalifah Umar Bin Khattab untuk membebaskan Mesir dari penjajahan Romawi. Usul ini diterima dan pasukan Islam yang membawa 4000 orang siap membebaskan Mesir. Dan sebelum peperangan dimulai, Amru bin Ash menawarkan tiga pilihan kepada penguasa Mesir, yaitu: masuk Islam, atau membayar jizyah, atau perang. Kedua tawaran pertama ditolak, maka terjadilah perang. Pasukan yang dipimpin Amr ini memasuki daerah Mesir melalui padang pasir terus mamasuki kota kecil bernama Al Arisy, dengan mudah pasukan islam menaklukan kota itu. Dari situ pasukan Islam memasuki kota Al Farma. Di kota ini pasukan Islam mendapat perlawanan. Amru Bin Ash memerintahkan untuk mengepung kota ini dan setelah 1 bulan kota ini berhasil direbut. 
Dari kota itu pasukan Islam melanjutkan ke kota Bilbis. Di sini pasukan Islam mendapat bantuan dari rakyat Mesir. Di kota ini pasukan islam menangkap putri Mauqauqis yang terkenal sebagai pelindung rakyat Mesir. Putri ini diantar kerumahnya dengan segala hormat. Dari kota Bilbis pasukan Islam menuju ke Tondamis yang terletak di tepi sungai Nil. 
Di sini Amru Bin Ash mendapat kesulitan karena banyak pasukan sudah gugur dan pasukan yang masih hidup merasakan rasa lelah yang luar biasa. Amr Bin Ash pun meminta bantuan ke Khalifah Umar Bin Khattab. Kepada pasukan yang ada Amru Bin Ash memberikan pidato yang berapi-api sehingga pasukan Islam dapat menghancurkan benteng Tondamis dan melanjutkan ke kota Ainu Syam, di perjalanan kota ini pasukan Islam baru mendapat bantuan sebanyak 4000 orang. Setelah Ainu Syam dapat ditaklukan pasukan Islam mempersiapkan penyerangan ke benteng Babil. Selama 7 bulan benteng Babil dikepung dan akhirnya benteng terbaru di Mesir dapat di kuasai.
Setelah itu pasukan Islam merebut kota Iskandaria, maka diadakan perjanjian antara Amr Bin Ash dan Mauqauqis dan sejak itu Mesir menjadi daerah Islam sepenuhnya. Nama Amr Bin Ash diabadikan menjadi nama mesjid tertua di Mesir.
Pasukan Islam telah berhasil memerdekakan bangsa Mesir dari penjajahan jasmani dan rohani yang dilakukan oleh Imperium Romawi, Mesir dijajah selama 711 tahun, sejak terbunuhnya Cleopatra tahun 30 SM hingga masa penaklukan pasukan Islam tahun 642 M.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

statcounter

Flag Counter

music

lagu

https://soundcloud.com/blackapple-xian/g-dragon-x-taeyang-good-boy https://soundcloud.com/morvenmundi/taeyang-ringa-linga

song

https://soundcloud.com/morvenmundi/taeyang-ringa-linga
Diberdayakan oleh Blogger.

Unordered List

Purple Halloween Bat

Pages